Surat untuk Sahabatku Kartika

Dear Sahabatku Kartika,

Aku senang sekali hari ini mendengar kamu menyelesaikan sidang tugas akhirmu. Selangkah lagi kamu akan resmi menyandang gelar sarjana di belakang namamu. Aku bisa membayangkan bagaimana leganya perasaanmu hari ini tapi juga masih kepikiran revisianmu. Tak perlu kamu risaukan semua itu karena semuanya akan berlalu. Aku turut bahagia mendengar pencapaianmu ini, meskipun aku tidak sempat ada disampingmu saat kamu berjuang menyelesaikan tugas akhirmu. Rasanya sedih tidak bisa hadir di tengah-tengah kebahagianmu hari ini mengingat kamu yang selalu hadir di setiap momen penting dalam masa perkuliahanku. Aku tidak tahu bagaimana kamu hari ini melewati waktu sidangmu, tidak tahu betapa tegangnya dirimu menjelang masuk ruang sidang, atau betapa ribetnya persiapanmu mengurusi hari istimewa ini, yang aku tahu aku begitu bangga padamu atas keberhasilanmu.

Hari ini kamu membuktikan, bukan hanya pada banyak orang tapi juga pada dirimu sendiri kalau kamu mampu. Mampu melawan rasa malasmu dan mampu melawan rasa lelahmu. Semua yang telah kamu raih hari ini adalah buah dari kerja kerasmu, bukan hanya dalam beberapa bulan ini tapi sepanjang masa studi-mu. Kegigihanmu, ketekunanmu, dan kemauanmu untuk belajar telah membawamu pada titik ini. Aku senang sekali mendengar kamu bisa menyelesaikan studi-mu.

11048762_10200447492185557_4899376028921345067_n

Tidak pernah terbayang olehku bahwa kita bisa menjadi seorang sahabat yang begitu dekat selama 3 tahun belakangan. Ada banyak cerita yang sudah kita bagi dan ada banyak momen bersama yang kita lewati. Melalui surat ini aku ingin mengucapkan terima kasih kepadamu untuk semua peristiwa yang kita lalui bersama, untuk semua obrolan di selasar, di perjalanan menuju parkiran, di setiap warung makan di Ganyang, dan di semua tempat yang pernah kita kunjungi bersama. Terima kasih telah mendengarkan banyolan dan semua cerita kebodohan yang aku lakukan. Terima kasih telah menjadi saksi berbagai macam mimpi yang kuraih selama masa studi, terima kasih untuk semua bantuan yang pernah kamu berikan hingga akhir masa kuliahku. Terima kasih sudah bertahan dengan berbagai macam kedisplinan, amukan, dan ketegasan yang aku terapkan selama menjalankan tugas kuliah bersama. Rasanya tidak akan pernah cukup untuk mengutarakan semua kebaikan yang telah kamu lakukan. Masih ingat bagaimana kamu dan teman-teman harus tidur di sekre demi menyelesaikan tugas MKBL dan Prospan yang harus dimajukan karena aku harus pergi KP duluan? Masih ingat kita pernah bolos kuliah barengan demi makan diskonan di Butcher? Masih ingat bagaimana kita dan teman-teman menyiapkan acara LKO? Atau masih ingat bagaimana kamu harus jadi korban membelikan snack seminarku dan datang lebih pagi dariku?

Rasanya aku malu jika melihat begitu banyak bantuanmu padaku, sedangkan aku tidak pernah hadir di masa-masa akhir studi-mu. Maafkan sahabatmu ini yang hanya bisa mengirimkan sebuah tulisan dan doa yang tak bisa kau dengarkan. Aku minta maaf Tik, karena tidak bisa hadir di momen seminar, sidang akhir, dan bahkan wisudamu nanti. Bukan karena aku tidak mau, ku yakin kamu tahu alasanku. Sedih rasanya jika mengingat kamu selalu ada di ketiga momenku itu, tapi aku tidak bisa membalasnya untukmu. Tapi bukankah seorang sahabat tidak harus selalu ada di hadapan kita? Yang penting sahabatmu ini akan selalu ada jika kamu ingin berbagi cerita dan keluh kesah. Aku berharap setelah ini kamu bisa menemukan karir yang kamu impikan. Karir yang akan membuatmu terus berkembang dan tidak pernah bosan untuk mengulang. Sekali lagi selamat Tik, semoga suatu saat kita kembali dipertemukan dan aku bisa melihat langsung salah satu momen penting hidupmu sedang berlangsung.

Sahabatmu,

Faisol

Surat untuk Sahabatku Ade

Teruntuk Sahabatku Ade,

Surat ini aku tulis untuk turut merayakan keberhasilanmu melewati satu fase penting dalam hidupmu. Hari ini kamu telah berhasil melalui perjalanan panjang studi-mu, memakan banyak waktu istirahatmu, emosimu, dan berbagai macam pengorbananmu yang tentunya hanya kamu yang tahu. Aku tidak tahu bagaimana kamu tadi melewati ujianmu, aku tidak tahu bagaimana tegangnya perasaanmu, pun aku tidak tahu betapa bahagianya dirimu saat menerima ucapan selamat dari kawan-kawanmu. Tapi satu hal yang ku tahu, aku begitu bangga dengan pencapaianmu. Aku turut bahagia mendengar kamu hari ini menyelesaikan tugas akhirmu. Tugas yang mengakhiri cerita kuliahmu tapi mengantarkanmu pada perjalanan pembelajaran yang baru.

Aku ingin mengulang memori bagaimana kita berdua bisa menjadi seorang sahabat. Sahabat yang tidak perlu banyak tulisan tapi tahu kapan harus ketemuan. Aku masih ingat pertama kali kita bertemu di kelas 23 kelasnya Pak Nana, saat itu kita baru pertama kali kenal tapi asal kamu tahu aku tidak merasa demikian. Aku merasa kita teman lama, seperti tidak ada jarak bahkan cukup membingungkan kalau dianggap baru kenal karena kita berdua bisa langsung banyak cerita. Hari demi hari berganti, banyak orang baru yang kutemui, tapi seorang Ade Lismi tetap menjadi tempatku kembali. Kembali untuk sekadar menceritakan kekonyolan, kebodohan, dan segala macam keabnormalan yang kulakukan. Cita-cita untuk bisa masuk di jurusan yang sama ternyata tidak terjadi, tapi tidak masalah karena toh nyatanya kita masih sering meluangkan waktu untuk sekadar mengatakan “hallo” di sosial media bahkan tidak lupa untuk menyempatkan tatap muka. Melalui surat ini aku ingin berterima kasih padamu karena telah menjadi sahabat yang luar biasa setia semasa aku duduk di bangku kuliah. Terima kasih telah menyediakan telinga untuk ocehan sampah kawanmu ini, menerima gangguan di saat aku sedang tak karuan, mulai dari permasalahan perkuliahan hingga roman picisan.

ade

Ade sahabatku, aku minta maaf karena hari ini aku tidak bisa hadir di sidang tugas akhirmu pun dengan hari membanggakanmu nanti, wisuda. Rasanya tidak adil aku melakukan ini, saat aku seminar bahkan wisuda kamu menyempatkan untuk menemuiku meskipun aku tahu kamu sedang sibuk dengan urusan lab-mu. Aku meneteskan air mata saat menulis surat ini karena aku sangat berharap bisa menyaksikan momen berharga dalam hidupmu. Tapi sungguh kamu harus tahu, bahwa doaku selalu menyertaimu. Bukankah seorang sahabat tidak harus ada di depan mata kita? Karena sejatinya sahabat ada dalam hati kita dan akan selalu ada untuk kita di mana pun dan kapan pun kita butuh dia.

Setelah ini kamu akan menjalani fase yang lebih melelahkan, mencari pekerjaan. Aku berharap kamu bisa segera menemukan tempat untuk bekerja. Tapi aku ingin berpesan, carilah tempat yang bisa membuatmu nyaman sehingga kamu bisa berkembang. Carilah tempat yang saat kamu bekerja tidak pernah merasa terpaksa karena kamu seolah melakukan hobi yang kamu suka. Carilah pekerjaan yang bukan hanya menawarkan gaji besar tapi manfaat yang lebih besar, bukan hanya untukmu tapi untuk lingkunganmu. Aku berharap kamu bisa segera menemukan apa maumu, karena aku sudah berhasil menemukan mauku. Ade, percayalah bahwa sahabatmu ini selalu ada untukmu, mendengarkan ceritamu, dan tak sungkan menegurmu. Berdiskusilah denganku jika butuh layaknya dulu saat kita masih sama-sama mahasiswa meskipun nanti aku akan pergi sedikit lebih jauh darimu. Aku berharap, semoga suatu saat aku bisa menyaksikan langsung momen bahagia lain dalam hidupmu.

Sahabatmu,

Faisol

Aku dan Malam

Antara aku dan malam
Ada tenang yang menghilang
Sepi yang pekat
Tak mampu membuka rahasia

Kemana aku harus pergi
Jalan-jalan setapak tlah kulalui
Kemana ia pergi
Tak ada jejak tertinggal di sini

Malam telah menyembunyikannya
Menyimpan semuanya di balik gelap
Malam itu hitam
Hingga bintang harus mengalah

Kutemui pagi untuk mencarinya
Namun bingar yang menyapa
Apa kabar senja
Ia tertunduk tak bersuara

Rindu, aku begitu rindu
Tubuhku menggigil
Aku menanti senyap kembali
Kembali dan tak pergi lagi

Malam

Ada angin di sini
Menyelimutiku dengan kedinginan
Tubuhku mengaku tanpa mata bisa bicara
Hanya raga yang ditinggal jiwa berkelana

Suara air memecah keheningan
Memanggil kembali kenangan yang tinggal
Ada resah dan tanya yang begitu besar
Aku butuh jawaban dan aku tidak ingin sendirian

Malam itu gelap, pahit, dan menakutkan
Semua bintang hanya ilusi
Tak ada terang yang diberikan
Semua tersenyum namun penuh kemunafikan

Tidakkah senja telah memperingatkan
Masih ingatkah siang berteriak untuk tetap diam
Tak ada gunanya bertanya pada pagi
Ia tidak akan pernah membawaku kembali

Officially Calon Pengajar Muda XIII

Setelah melewati tahap Medical Check Up (MCU) seperti yang telah saya jelaskan pada artikel sebelumnya. Kali ini saya ingin menceritakan pengalaman saya dari setelah melakukan MCU hingga hari pengumuman resmi (di web Indonesia Mengajar) calon pengajar muda (CPM) XIII.

Seminggu setelah melakukan MCU tepatnya di tanggal 29 Agustus 2016 saya mendapatkan sebuah email dari Indonesia Mengajar yang isinya adalah menyatakan bahwa telah terpilih menjadi salah satu calon pengajar muda (CPM) angkatan XIII. Dalam email tersebut diberitahukan bahwa pengumuman tersebut dilakukan secara personal (satu per satu) kandidat. Saya juga diminta untuk memberikan No. KTP dan alamat lengkap untuk keperluan pembuatan kontrak perjanjian.

Keesokan harinya saya kembali mendapatkan email dari Indonesia Mengajar yang isinya adalah informasi terkait surat perjanjian penugasan yang harus saya tanda tangani. Karena saya sedang tidak berada di area Jabodetabek dan Bandung jadi surat perjanjian tersebut harus saya kirim lewat email paling lambat esok hari (31 Agustus 2016 pukul 10.00 WIB). Untuk yang berada di wilayah Jabodetabek dan Bandung tanda tangan dianjurkan untuk dilakukan di kantor Yayasan Indonesia Mengajar di Jakarta.

Bersama saya, ada sekitar 16 orang yang juga dijadwalkan tanda tangan di batas waktu tersebut. Kami semua ternyata yang lolos gelombang 2. Teman-teman yang lolos gelombang 1 telah menyelesaikan tanda tangan seminggu sebelumnya. Pengumuman resmi nama-nama calon pengajar muda angkatan XIII baru muncul di laman indonesiamengajar.org pada tanggal 9 September 2016.